Keributan perihal Danilla dan album paska Telisik yang makin tidak Telisik adalah keributan yang tidak pernah selesai. Danilla sepertinya juga sudah capek untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan itu.
***
Pagi ini saya membaca tulisan Puti Cinintya di pophariiini.com, dan rasanya memang benar apa yang dikatakan Puti di tulisan tersebut. Saya penikmat Danilla di era awal ia lahir seperti Made maupun Khalisha, dari soundcloud, dari album Telisik, dan saya merindukannya.
***
Saya tetap menghargai Danilla sebagai seorang musisi, namun saya percaya bahwa versi awal album Telisik adalah sebuah masterpiece. Album ini tidak bisa dianggap asal-asalan. Masuknya Telisik dalam deretan album terbaik versi Rolling Stones Indonesia menunjukkan betapa banyak orang jatuh cinta dengan karya ini.

Setelah Telisik—atau lebih tepatnya setelah Lintasan Waktu—banyak penggemar yang memilih untuk tetap berpegang pada Telisik. Hal ini sangat wajar, karena setiap orang ingin menemukan kenyamanan dalam apa yang mereka nikmati. Banyak penggemar yang mencintai Danilla dalam versi Telisik, dan itu tidak bisa dibantah.

Meskipun Danilla memilih untuk mengeksplorasi berbagai arah musik yang ia sukai, hal itu seharusnya tidak menjadi perdebatan. Kita tetap bisa menikmati Danilla dalam versi Telisik, sementara dia terus berprogres menjadi Danilla versi Fingers, bahkan hingga Danilla versi pop yang lebih mainstream sebagai “Ratu Indie.”

Kita tidak bisa memaksanya untuk tetap berada dalam situasi yang mungkin sudah tidak nyaman baginya. Danilla perlu berkembang, dan ketika perkembangan tersebut tidak sesuai ekspektasi kita, itu adalah risiko yang harus diterima.