Menjadi jomblo bukanlah pilihan yang bisa dengan mudah diambil bagi kaum hedonis seperti saat ini. Jomblo dalam kacamata para makhluk hedonis memiliki arti yang sangat buruk, bahkan mungkin lebih buruk wajah penyamun sekalipun. Banyak hal yang mendasari diambilnya keputusan menjadi jomblo, salah satunya adalah menunggu mantan yang entah sudah pergi kemana. Meratapi kepergian mantan memang bukan hal yang baik untuk makluk sosial seperti manusia. Bukan cuma soal bersosial dengan lingkungan yang akan terpengaruh, tapi juga soal hati. Banyak jomblo, terutama yang sudah kadung cinta sama mantannya setengah mati hingga lupa bahwa diluar sana masih banyak pintu-pintu hati yang lain menunggu untuk diketuk, menunggu untuk disinggahi. Mungkin juga bukan hanya untuk singgah, tapi juga menetap dan membangun pelangi.

Apakah mungkin, seorang mantan yang sudah kadung pergi, walau dulu pernah bilang “aku nggak bakalan ninggalin kamu,” akan kembali lagi? Kemungkinan kembali hanya sekitar 30% atau bahkan tidak mencapai angka itu. Persentasi balikan memang sangat tipis, mungkin lebih tipis dari sutra yang biasa dijajakan di supermarket berlabel 18+.

Tak bisa dipungkiri, kemungkinan kembali ada, tapi apa itu bisa menjadi pegangan untuk menjalani hidup kedepan. Ayolah, daripada terus saja memandangi foto mantan dan tersungkur dibawah shower, kenapa tidak mencoba untuk membuka jendela dan menyapa tetangga. Mungkin bisa dapat anaknya kalau beruntung, kalau tidak adiknya pun bisa, bahkan mas nya pun bisa kalau sudah lelah dengan wanita.

Sepihak memang terlihat penuh penderitaan, tapi kenapa harus takut menderita kalau selepas itu lebih baik. Bukankah menduduki kursi raja harus membunuh para pengawal dan antek-anteknya. Begitupun soal cinta, untuk menaklukannya kau harus membunuh yang levelnya dibawah cintamu, memang menyakitkan melihat darah bercucuran tapi selepas itu?
Ah sudahlah, terlalu tidak nyambung sebenarnya kalau harus dianalogikan dengan hal seperti ini. Kalo soal ngomongin cinta, terlalu banyak teorema yang mendasar diotak padahal itu bukan cinta.

Cara terbaik menghibur jomblo yang sedang menikmati masokis seperti ini adalah dengan memberikan kenangannya. Ya menyakitkan memang, tapi jomblo-jomblo masokis seperti ini menikmatinya dengan nyaman. Seperti menikmati float cappuccino bersama kekasih mungkin. Entahlah.

Terbit pertama kali di jombloo.co pada 2015