Akhirnya, album yang saya tunggu-tunggu sampai ke rumah dengan selamat. Sebuah album dari band Gothic Metal asal Semarang, Cultural. Album ini adalah album kedua mereka, dirilis tahun 2007 melalui label kepunyaan Ombat Tengkorak, Sebelas April Records. Berisi 11 track dengan komposisi 2 lagu berbahasa Inggris, sisanya berbahasa Indonesia.
Perbedaan album pertama dan kedua dari band ini sangat terasa, jika di album pertama (Siksa Yang Kekal) kesan gelap dan gothic sangat terasa, maka di album kedua ini kesan rock lebih terasa. Walaupun dominan rock, beberapa nomor masih memiliki nuansa gothic yang cukup terasa, bisa didengar pada nomor berjudul Sadness.
***
Pertama kali memutar album ini di disc player akan disambut dengan nomor berjudul Tlah Berakhir, sebuah nomor yang ciamik untuk membuka album Hidup Tak Selamanya Indah. Petikan gitar dan drum bertempo cukup lambat, mengiringi lirik lagu yang bercerita bahwa semua yang dijalani telah berakhir namun belum bisa menerimanya. Bayang-bayang masih sering menghampiri.
Beranjak ke nomor kedua, sebuah lagu berjudul Jauh menjadi pemberhentian selanjutnya. Jauh sendiri adalah nomor yang cukup punya rasa di album ini. Nomor ini juga ada dalam versi bahasa inggris yang berjudul Far Away. Musik yang lebih cepat, hentakan drum dan gitar yang cukup untuk membawa pendengar sekadar menghentak-hentakkan kaki. Jauh bercerita tentang seorang manusia yang akhirnya sadar bahwa segala kisah yang pernah ada harus dihapus, harus dibunuh.
Track paling menarik ada di urutan ketiga, Sadness menjadi track wajib jika mendengarkan album Hidup Tak Selamanya Indah. Track ini adalah track paling gelap yang ada dialbum ini, bahkan di album selanjutnya yang dirilis tahun 2016 kemarin, Cultural masih memasukkan lagu ini sebagai bonus dengan vokal baru mereka. Dibuka dengan suara piano yang menyayat, tempo lambat dan penuh kesedihan jadi daya tarik lagu ini. Vokal yang sangat menjiwai menjadi nilai lebih pada lagu yang berdurasi 5:30 ini.
Cutting Like Knife Into My Heart
Sadness – Cultural
Beranjak ke track nomor empat. Sudahi Saja. Dari judulnya saja sudah bisa ditebak bercerita tentang apa bukan? Sudahi Saja bercerita bahwa semua memang harus disudahi, harus ditinggalkan. Tak bisa lagi diteruskan. Sudahi Saja memiliki nuansa elektronik di intro menurut saya. Entah telinga saya yang agak tidak beres atau bagaimana. Namun, nuansa rock tidak bisa diabaikan begitu saja, rock masih sangat nyata di lagu ini.
Track lain yang menarik adalah Untuk Selamanya, musik yang lebih tenang, suara semacam synthetizer menjadi bumbu asik dari lagu yang berdurasi cukup panjang, yaitu hampir 5 menit. Track ini juga ada dalam versi originalnya.
Tempo diperlambat di track keenam. Kau yang Tlah Pergi bercerita tentang kenangan tentang seseorang yang telah pergi. Merindukan seseorang jadi inti lagu, bahwa ketika tidak lagi bertemu, bersama, merindukan seseorang hanya tinggal rindu, hanya mimpi. Tak untuk jadi nyata.
Dan seolah-olah kau menyentuhku kembali
Kau bawa anganku melayang tinggi
Dimanakah dapat kugapai nyata dirimu seperti dulu…
Kau Yang Telah Pergi – Cultural
Track yang menjadi judul album ini adalah track selanjutnya. Hidup Tak Selamanya Indah. Dibuka dengan piano, nuansa sadness cukup terasa di sini. Lirik yang dalam jadi senjata. Di bagian reff baru musik terasa lebih ramai. Hentakan drum dan gitar menjadi satu kesatuan utuh di lagu ini. Tak salah jika tajuk ini yang dipilih jadi tajuk album.
Kosong, track yang cukup gelap dalam lirik. Bercerita tentang manusia yang terjerumus dalam hal buruk, hingga dikutuk oleh Tuhan karena dosa yang yang mengikat. Dibuka dengan intro khas, suara string yang agak kelam. Lirik gelap nyatanya masih bisa dipadukan dengan musik Rock yang ciamik.
Peradilan Suci jadi lagu andalan juga selain Sadness di album ini. Peradilan Suci pertama dibawakan oleh saudaranya, Histeria, sebuah band Black Metal asal Semarang juga, dimasukkan dalam album Dalam Kenangan.
Rasanya, mendengarkan album ini adalah seperti kembali ke umur saya saat masih berumur sepuluh atau sebelas, di era itu album-album kompilasi semacam Gothic Majesty (Rilisan Master Of Disharmony) yang memuat band-band gothic seangkatan Cultural mulai merangsek ke telinga karena kakak saya. Saya beruntung pernah punya referensi musik yang cukup baik di umur saya yang masih belia.
***
Info Album:
Diproduseri oleh Cahyo Sulistyo dan dirilis oleh Sebelas April Records pada 2007.
Semua lagu ditulis oleh Cahyo Kecuali untuk Kosong ditulis oleh Cahyo dan Anthony.
Lagu direkam di CB Studio, Strato Studio, Retro studio.
Lagu Di Mixing dan Mastering di CB Studio
Konsep dan Desain oleh Rudy Murdock dan Graphic Syndicate
Tinggalkan Balasan