Pertama kali saya berkenalan dengan seorang Annyta Sumarya atau dalam jagat per-tumblr-an lebih dikenal dengan Aksarannyta adalah ketika saya memulai untuk menulis di platform yang belakangan pernah di blokir oleh kominfo karena dikatakan banyak memuat konten negatif—terutama pornografi. Setelah sekian lama tidak muncul di tumblr, belakangan saya tahu perempuan yang sangat saya kagumi ini memiliki rumah baru. Ia berpindah rumah, ke tempat yang lebih nyaman, lebih personal, Ia membangun rumahnya sendiri di aksarannyta.com.
Setelah sekian lama menulis di tumblr, akhirnya seorang Annyta merilis buku yang bertajuk Rindu yang Tergesa-gesa. Buku yang dirilis pada tahun 2017 ini menarik untuk dibawa pulang. Seperti tulisan-tulisannya di tumblr. Rindu yang Tergesa-gesa ini memberi ruang-ruang pada perasaan untuk ditilik dengan hal-hal yang sentimentil.
Saya pernah membeli buku Rindu yang Tergesa-gesa pada saat awal perilisannya. Sayang, buku pertama saya itu entah kemana—saya tidak lupa, tapi mencoba melupa. Maka, akhirnya dua bulan kemarin, saya putuskan untuk membeli lagi buku dari orang yang dari tulisannya saya banyak terinspirasi gaya menulisnya. Ya, saya membeli buku dari seorang Aksarannyta (lagi). Perjuangan mendapatkan buku tidak mudah, toko buku seluruh Jogja sudah saya kelilingi, nyatanya? Bukunya sudah raib dari rak-rak buku. Dari mulai Gramedia Sudirman—pertama kali saya membeli buku ini dulu—hingga deretan toko buku Togamas dan Gramedia-Gramedia di mall-mall seantero Jogja sudah tidak memiliki stok buku ini. Akhirnya, saya menemukan lagi buku ini di platform penjualan daring yang belakangan terkenal dengan iklannya yang mengekor lagu Baby Shark.
Saat pertama kali bukunya mendarat dirumah, saya merasa seperti bernostalgia, mengenang masa-masa indah saat-saat pertama menimang buku ini di toko buku. Ah, seperti bertemu dengan kawan lama.
***
Buku Rindu yang Tergesa-gesa tersusun atas tulisan-tulisan pendek. Ini bukan novel, ini lebih seperti buku catatan yang disusun secara acak. Buku ini dibagi menjadi 4 bagian besar yaitu Mempertemukan, Mengakhiri, Beranjak, dan Membersamai. Seperti kisah cinta, empat bagian ini adalah serangkaian perjalanan yang seringkali dilalui sebelum pada akhirnya memutuskan untuk berhenti, menetap, lalu tinggal. Beberapa halaman diselipi kutipan-kutipan dari tulisan yang dimuat. Dicetak semacam quote-quote instagram namun dengan lebih minimalis dan elegan.
Di bagian pertama buku ini, Mempertemukan, seperti tajuknya, berisi tulisan-tulisan tentang perasaan yang akhirnya muncul ketika bertemu dengan seseorang, sebuah fase awal dari sebuah perjalanan cinta yang panjang. Memulai saling tahu apa makanan kesukaan, genre film favoritnya, atau bahkan musik yang didengarkan setiap kali hendak memejamkan mata. Hal-hal manis setelah sekian lama menanti diungkap disini. Memulai memiliki perasaan, menanam benih-benih rindu, dan harap untuk kelak, esok, suatu saat bersama.
Beranjak ke bagian kedua, Mengakhiri. Bagian yang cukup untuk menguras perasaan. bagian yang didalamnya banyak yang harus ditanggalkan, banyak yang ditinggalkan, banyak yang harus direlakan untuk pergi karena jika tidak, hanya akan menyakiti diri sendiri. Bagian untuk berhenti dan memutuskan bahwa segala hal layaknya memang memiliki akhir. Meski, didalam akhir itu sendiri terbersit luka-luka, tersisa lebam-lebam, tersisa kenangan yang berdarah-darah, dan kecewa yang betubi-tubi. Bagian paling menyesakkan dari sebuah hubungan adalah ketika memutuskan untuk mengakhirinya bukan? Harus bergelut dengan perasaan dan logika yang seringkali bertolak-belakang. Namun, itulah perjalanan. Harus siap ketika direnggut kenyataan.
Bagian ketiga cukup pas untuk menemani hati yang mulai bangkit setelah sekian lama terkurung dalam duka, terpenjara dalam kenangan-kenangan lama yang tak kunjung hilang karena lukanya terlalu dalam. Beranjak. Seperti fase-fase orang yang sedang berusaha untuk bangkit setelah lama berkubang dalam kesedihan, beranjak bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Didalamnya ada bayangan-bayangan masa lalu yang seringkali lewat, menggoda, menarik lagi kisah-kisah lama, menggali luka-luka yang tidak ingin diingat-ingat oleh cerebrum, namun tiba-tiba saja muncul tanpa diminta. Beranjak dalam bagian ini adalah bagian yang paling orang suka mungkin bagi yang sedang patah hati. Bagian yang didalamnya bisa ditemukan kekuatan-kekuatan baru untuk bangkit.
Bagian terakhir dan bagian paling tipis dari buku ini namun paling dalam, Membersamai. Ini adalah bagian yang paling manis, bagian yang paling membuat dewasa, karena pada bagian inilah keputusan untuk berhenti mencari dan menetap diputuskan. Pada akhirnya, setiap orang yang telah melalui banyak perjalanan, akan menemukan titik untuk menetap, membersamai, tak lagi mencari-cari. Pada bagian inilah akhirnya kita tahu, bahwa cinta bukan lagi tentang siapa yang lebih dan siapa yang kurang, pada bagian inilah cinta adalah bagian tentang saling melengkapi.
***
Saya haturkan banyak-banyak terimakasih kepada seorang Aksarannyta, karena darinya saya banyak menemu tulisan-tulisan manis namun tak membuat yang membacanya diabetes. Ia menulis dengan manis yang tidak berlebih, memberi oase menulis bagi saya yang sejak sekian lama menyukai tulisan-tulisan semacam yang ia tulis. Bertemu dengannya—walau hanya dalam maya—adalah sebuah anugrah untuk saya. Karena darinya, saya banyak belajar pula tentang bagaimana caranya menulis yang manis. Kalau boleh, bolehkah kuminta sedikit saja kepiawaianmu menulis untuk menyusup ke dalam kepala saya?
Tinggalkan Balasan