Kita terlalu jumawa hingga lupa bahwa yang kita butuhkan bukan cuma income ekonomi dan pemasukan dari wisatawan asing, kita lupa bahwa tanpa kesehatan yang baik, segala sektor perekonomian akan mati. Tidak ada lagi kegiatan ekonomi.
Keguncangan ekonomi bisa saja terjadi jika seperti ini, kegiatan produksi berhenti, kegiatan ekonomi tersendat, banyak sektor-sektor vital tidak bisa beroperasi secara maksimal alih-alih dihentikan pelayanannya sementara.
Harusnya kita sadar bahwa, sebelum wabah memasuki negara, kita sudah memutuskan rantai penyebarannya sejak dulu. Dengan menghentikan masuknya wisatawan asing, penerbangan internasional menuju ke Indonesia, dan mencegah warga Indonesia untuk keluar negeri.
Namun nyatanya kita telah terlalu jumawa, menganggap kita sebagai ras terkuat, mampu bertahan ditengah wabah mengerikan. Nyatanya, mungkin kita bukan ras terkuat, mungkin kita tak pernah benar-benar peduli pada keadaan warga negara. Yang kita pikirkan mungkin hanya bagaimana meraup rupiah sebanyak-banyaknya. Maka, sebaik-baiknya peraturan yang harus ditekankan saat ini adalah, menghentikan segala hal sekitar 2 minggu. Membiarkan isolasi diri yang benar-benar steril. Bukan hanya imbauan, tapi benar-benar peraturan tegas.
Kita, di sektor-sektor tertentu tak mampu berhenti bekerja Hanya dengan himbauan, karena banyak dari kami nasib bekerjanya tergantung kebijakan direksi dan perusahaan. Tidak serta merta mampu memutuskan untuk berhenti bekerja, ataupun mengambil pekerjaan dari rumah.
Memang, beberapa perusahaan menyadari bahwa karyawan adalah aset terbesar perusahaan, namun ada pula perusahaan yang merasa bahwa lingkungan mereka belum terimbas apapun dan merasa bahwa menghasilkan uang lebih penting daripada menjaga ‘aset berharga’ mereka yang lain.
***
Mau percaya atau tidak pada mereka. Tetap saja negara diatur mereka. Maka dari itu, mau bagaimanapun keputusan besar tentang keadaan negara tetap ada di tangan mereka. Masalahnya, mereka beberapa waktu lalu malah seolah-olah menyembunyikan fakta penting.
Tinggalkan Balasan