Apa yang membuat makin pelik hari ini selain Covid-19 adalah WhatsApp grup dan ibu-ibu yang butuh spotlight atau kalau tidak mau disebut spotlight ya mari sebut saja sebagai junjungan pengabar yang cepat. 


Mungkin memang sebuah kepuasan menjadi yang pertama mengetahui lalu menyebarkan kemana saja. Masalahnya, hari ini kabar-kabar tersebut bukan lagi menjadi kabar baik yang setiap orang bisa terima dengan baik dan menyikapi hal tersebut tanpa panik.

Kemarin saja, banyak kabar-kabar yang membuat saya mengernyitkan dahi, bagaimana bisa identitas ODP dan PDP tersebar cepat. Padahal aparat saja sudah diam-diam melakukan investigasi agar tidak membuat kepanikan di masyakarat. Tapi ya, namanya ibu-ibu dan grup WhatsApp, sudah menjadi satu komposisi mutakhir untuk menciptakan ruang yang sangat masyuk untuk menjadi tempat bertebarannya kabar-kabar secara cepat secepat kilat.

Misalkan, hari ini ada investigasi di salah satu rumah warga, dan rumah beliau dijadikan rujukan atau dijadikan tempat singgah, istilahnya unggah-ungguh sebelum melakukan sesuatu, tetap harus izin bukan? Izinlah para aparat ini di tempat beliau. Nah ini dia, sebagai ibu-ibu, memanfaatkan momen ini adalah sebuah keharusan. Diambillah perangkat telepon cerdas yang mampu membawa kabar kemanapun, difoto, lalu mula-mula disebarkan di WhatApp Group Keluarga, PKK WhatApp Group, Dusun WhatApp Group dan lain sebagainya. Mungkin niatnya memang memberi atensi, memberi alert, agar kita lebih hati-hati. Mungkin.

Tapi masalah tidak berhenti disitu, tipikal orang-orang kita kan ya? Sudah bisa ditebak, ada kabar yang heboh ya ayo sebarluaskan. Yang penting saya mengabarkan duluan kan? Dari grup WhatsApp yang semula hanya dari dusun, diteruskanlah kemana-mana. Ke WhatsApp Group Alumni SMP lah, ke WhatsApp group kantor lah, dan sebagainya. Bah jabang bayi.

Lalu, ketika ada yang ingin mengonfirmasi kebenaran tersebut, ditunjukkanlah pesan tersebut sambil mengatakan, “Ini saya dapat dari group sebelah, semoga bermanfaat”. Bukan makin hati-hati, jatuhnya masyarakat sekitar makin panik.
Tak hanya bikin panik warga sekitar, warga yang masuk ODP namanya terkenal-sayangnya bukan terkenal karena prestasi. Ada yang menyebar-nyebarkan lagi.

Desas-desus makin kesana sini. Warga yang masuk ODP tidak terima, namanya disebarluaskan, digunjingkan, dijauhi. Padahal kan mereka butuh support. Bukan malah dikucilkan.

Lalu esoknya, tiba-tiba kabar tersebut sudah sampai di kecamatan sebelah yang jaraknya cukup jauh tak lebih dari 24 Jam. Memang kekuatan WhatsApp group hari ini cukup handal untuk memberikan kabar, apalagi dikombinasi ibu-ibu muda yang aduh mama sayange, pengen spotlight.